Minggu, 13 Juli 2014

Aku Malu Padamu, Ukhti


Aku Malu Padamu, Ukhti…
Ahad 15 Ramadhan 1435 / 13 Juli 2014 15:50
GAZA terus bergejolak, menampar jutaan tokoh di dunia yang masih saja sibuk berebut mahkota tahta, harta dan wanita. Tiga lokasi ‘permata dunia’ tak dipedulikan oleh kaum pecinta materi, terbiasa mengumbar obrolan tentang kemewahan kendaraan, berbelanja benda dengan merk ternama, atau berwisata tanpa tujuan taqarrub Ilallah. Yah, Gaza, Syria, dan Mesir…. Tiga lokasi yang pemberitaannya dipecah-pecah dengan bumbu fitnah sana-sini supaya ummat tetap terkota-kotak dan lupa pada identitas diri sebagai satu keluarga : muslim.
Seiring dengan ragam rasa geram, gelisah dan merinding bagi jiwa raga kita atas segala berita dari bumi para syuhada, kuutarakan rasa malu diri kepada saudariku disana, ukhti fillah… Bukan hanya para sisters Palestine yang telah populer seperti sist sarah, Ummu Nidhal, sist Andalib, Hiba, Reem Shalih, Fatimah Umar, Sist Mirvat, Hamadi, Zainab Abu salim, Sist Wafa, dan banyak lagi. Melainkan kepada semua saudari mukminah nan istiqomah di bumi jihad itu, sungguh aku bermalu diri…
Ketika engkau telah menjadi yatim, piatu atau bahkan kehilangan kedua orang tua, hidupmu sejak kecil sudah terpola mengatur jadwal diri dengan mendalami kitbulloh dan sunnah rasulNya SAW. Sementara aku dan teman-teman wanita di tanah air sibuk bermain boneka, masak-masakan, dan bertabur hadiah dari ayah bunda.
Ketika engkau remaja, duhai ukhti, telah terekam kuat dalam benakmu untuk meneruskan perjuangan para syuhada… Bahkan engkau biarkan ragamu menjadi martir demi menegakkan kalimat tauhid di tanah kiblat pertama muslim sedunia. Astaghfirrulloh, ukhti… teman-teman remaja di tanah pertiwi malah sibuk bergonta-ganti pasangan demi menamai diri sebagai ‘orang modern’ yang menyerap tradisi barat.
Ketika engkau ‘ngefans’ dengan para syuhada, engkau mengenali tokoh-tokoh jihad yang senantiasa memperjuangkan keesaan Allah SWT, yaa ukhti… Kupandangi teman-teman remaja di tanah air asyik mengoleksi foto penyanyi, aktor, dan idola mereka, yang dengan sadar mereka turut menghadiahkan peluru-peluru buatmu, ukhti… Karena kaum kuffar sengaja ‘menerbitkan artis idola’ dengan mendulang dana di setiap acara konser megahnya.
Yaa ukhti, kutatap wajah jelitamu dengan raut ketenangan di sana, padahal jarak kita terpisah benua. Namun menelusup rasa tenang damai dalam relung jiwa, seolah tertular dari senyum semangatmu. Bagai telah lama kukenal, ketika berita tentangmu hadir, lidah turut berbisik mendoakan perjuanganmu, mata membanjir membayangkan ketegaranmu.
Beginilah rasa dalam jiwa kita, yaa ukhti, karena kita adalah sebuah bangunan utuh yang mewarisi pesan ber-illah satu sebagai wasiat Rasulullah Muhammad SAW.
Suatu hari aku membaca berita darimu, engkau berseru takbir dan bersorak girang seraya membersihkan luka saudaramu. Innalillahi, ukhti… Saudara lelakimu syahid, dan engkau ucapkan ‘congrats’ buatnya, sementara media kuffar dan teman-temanku di sini sibuk mencemooh keteguhanmu.
Saat berjumpa dengan seorang saudaramu yang baru menyelesaikan sekolah di bumi Eropa, “Selanjutnya tetap meneruskan perjuangan…” ujarnya. Ia tak hanya hafiz quran, melainkan juga menyelesaikan penelitian-penelitian ilmiah yang diimpikan sejak lama, dan well done. Gelar doctor sangat berguna jika bisa mendidik generasi qurani dan mencintai jihad, bukan buat mengincar kursi ‘dosen senior’ dengan pangkat tinggi di universitas seperti desas-desus di tanah antah-berantah itu. Masya Allah, prinsip tegas yang amat kukagumi, yaa ukhti…
Saat engkau menjadi janda di malam pertama usai pernikahan nan dirindukan, betapa takjub dan terkejut diriku mendengarmu mengucap, “Alhamdulillah…”
Engkau tak bersedih sedikit pun karena merelakan suami menjemput syahid, kemuliaan yang dirindukan mukmin sedunia, masya Allah…
Bahkan ketika engkau yaa ukhti, hamil di usia amat muda, dengan kelahiran kembar empat atau lima, dengan jundi-jundi tak memiliki figur ayah, ternyata mereka menjadi anak-anak penyejuk mata, menghiasi dunia sebagai cahaya keluarga, menyempurnakan hafalan quran dengan giat berlatih fisik, dan membuatmu tersenyum menatap jerih payah mereka. Lalu cahya-cahya pewaris menyebabkanmu sukses sebagai ibu, engkau antar mereka ke medan jihad dengan mantap.
Ya Allah, padahal menu makan sehari-hari tak sekomplet kami, padahal daerah tempat tinggalmu dibombardir senjata penjajah keji. Astaghfirrulloh… Sementara aku? Punya amanah satu-dua saja sudah kerepotan, ketika suami dinas seminggu saja sudah menangis seperti tepercik potongan bawang bombai, ketika anak-anakku berkreatifitas tak habis-habis—aku sudah merasa kepayahan, seolah kemalangan besar menimpa diri ‘hanya karena tertusuk setitik duri’.
Engkau buat adonan roti gandum tanpa mengenal lelah, yaa ukhti… Anak-anak Palestine tetap tumbuh berkembang dengan sehat, kuat fisik mental, teguh berprinsip dan lembut hatinya. Bantal guling disana adalah batu-batu kecil yang keras, sementara bantal kami disini amat empuk, namun hati kami sangat keras, astaghfirrulloh!
Engkau mendidik diri dan generasi, pondasi iman kian teguh, Islam kian dibanggakan, lafadz dzikrulloh menjadi penghias hari. Engkau mungkin tertawa melihatku dan ukhti muslimah di negeri kami, malah sibuk mendengar music favorit, mencari beberapa pembantu di rumah supaya ‘bisa selonjoran’, belajar memakai hijab modis dengan ragam hiasan dan kian bersikap tabarruj, faghfirlana… bahkan kalau ‘duit shopping’ kurang, tinggal minta tambah dengan ayah, abang, atau suami.
Aku malu padamu, Ukhti… Bahkan ketika engkau sahur dan berbuka dengan secuil-secuil kurma dan air putih yang kalian bagi dengan penghematan luar biasa, sementara aku disini masih mengenyangkan perut dengan berpiring hidangan, menikmati pizza, burger, dan ragam minuman favorit lainnya. Aku malu, sungguh malu padamu, yaa ukhti… Ketika engkau menanyakan, “Siapa lagi yang Engkau izinkan syahid hari ini, Yaa Robbi?!” dalam untaian doa, sementara aku komat-kamit memohon, “Semoga ada waktu belanja baju buat hari raya, dan bisa berlibur ke luar kota…” Faghfirlana. Subhanalloh, maafkan atas ketidak-pedulianku, yaa ukhti…
Aku malu padamu, ukhti… Tatkala kalimat laa ilaha ilalloh senantiasa engkau teguhkan hingga nafas penghabisan, senyummu merekah meski tubuh berdarah-darah, semangatmu tetap hadir meski peluru-peluru bersemayam dalam raga, perjuanganmu kian kokoh meski obat-obatan telah habis stoknya, pengorbananmu tiada berhenti meski hanya sekejap mata, sungguh malu diri ini yaa ukhti! Maafkan aku, yaa ukhti…
Aku malu, betapa cengengnya diri ini! Aku malu karena engkau terus berkorban buatku juga, karena engkau bahkan sempat mendoakanku, padahal saudara-saudarimu ini tak peduli padamu. Atau sering kami seolah peduli, cuap-cuap di internet, padahal tak ada aksi nyata demi menolongmu. Sungguh aku malu, yaa ukhti…
Kini, aku kian malu pada Robb kita, Sang pelindung dan pemelihara semesta, karena dialog kita waktu itu amat menusuk nuraniku.
Ukhti Gaza : “Doakan yang terbaik, yaa sister…”
Aku : “Sungguh aku berdoa semoga segalanya yang terbaik, engkau selamat beserta keluargamu… Aku sangat mengkhawatirkanmu, yaa sister…”
Ukhti Gaza : “Allah Maha Pemberi Keselamatan. Doakanlah agar kami memperoleh kemuliaan mati syahid, hanya dua pilihan : hidup mulia tanpa dijajah oleh taghut durjana, atau menjemput syahid dengan pasti… Sungguh malah aku mengkhawatirkanmu, sister…”
Aku : “Kenapa, yaa habibati..?”
Ukhti Gaza : “Sebab engkau berada dalam taburan kesenangan duniawi. Negerimu damai, teman-teman dan tetangga hidup tentram. Busana, harta benda, makanan, minuman, tersedia dengan lengkap. Istana dan rumah-rumah kalian dihiasi dengan cantik, transportasi amat lancar, hiburan begitu mudah didapat. Acara-acara televisi dan film-film menggerogoti hafalan quranmu. Pergaulan tanpa batasan meminimkan pakaianmu, akses internet amat mudah dengan pengaruh western menggoyahkan keteguhan prinsipmu, hingga engkau dapat menganggap dosa besar sebagai hal sepele, hingga akhlak karimah dapat engkau abaikan, hingga aturan islam menjadi asing di negerimu…. Sangat mengkhawatirkan, dear….”
Aku amat malu, Yaa Allah… sungguh malu padamu, yaa ukhti… Untuk menyantap sepotong roti, engkau menjalani perjuangan panjang dengan ranjau-ranjau yang disiapkan zionis laknatulloh di sekitarmu. Sedangkan aku bisa pesan via telepon dan roti tersedia kapan pun saat ku inginkan. Pakaianmu tetap sederhana, yang itu-itu saja… Donasi sandang dan pangan masuk ke areamu dengan pengorbanan banyak nyawa mujahid di lorong-lorong persembunyian. Sedangkan aku bisa nge-mall beli baju kapan pun juga. Faghfirlii, Ampuni hamba, Yaa Allah…
Aku malu padamu, Ukhti…. Dan aku lebih malu lagi jika masih belum berubah dan memperbaiki diri! Aku malu jika ramadhan ini terlewati dengan sia-sia, padahal engkau telah diutusnya buatku, untuk mengajarkanku agar lebih bersyukur, untuk melembutkan hatiku, untuk menampar keterlenaanku. Aku malu menyaksikanmu mengulang-ulang hafalan quran seraya menemani jundimu yang sedang koma, dan jundimu berbisik menyamakan bacaan bersamamu… sementara aku masih terengah-engah mengajarkan alif-ba-ta kepada anak-anakku.
Semoga rasa malu ini adalah cambukan motivasi buat jiwa hamba yang berlumur dosa, semoga Allah ta’ala ridho dan memberkahi persahabatan kita. Kalaulah kita tak dapat bersua di dunia dengan penjajahan yang masih mengangkangi al-aqsho, aku berharap semoga kita dapat bertemu di kampung akhirat nan abadi kelak. Uhibbuk fillah yaa ukhti… Sholawat dan salam tercurah bagi baginda kita, Yaa Rasoolullah Sallallahu Alaihi Wasallam, serta para sahabat, para thabi’in, semoga Allah berkenan menyelamatkan kaum muslimin nan istiqomah hingga hari kiamat, aamiin…
Allahumma A’izzatal Islam wal Muslimin,
wa Adzillassyirka wal Musyrikin… Allahummansur ikhwanana mujahidina fi kulli makaan wa fi kulli zaman… aamiin, wallohu a’lam.
(@bidadari_azzam, Selamat berjuang! KL, 13 Ramadhan 1435h)
*Penulis adalah ananda dari bapak H. Muhammad Holdoun Syamsuri TM Moorsid dan ibunda Hj. Sahla binti H. Majid, kelahiran Palembang 19 Juni 1983, blogger sejak 2007, mantan pelajar berprestasi Indonesia. Ia merupakan supporter setia suami saat bertugas menyelesaikan projek IT SAP di berbagai negara, pembimbing para muallaf dengan aktif sebagai koordinator muslimah di Islamic-Centre Krakow, Poland. Sarjana Ilmu Komunikasi, ibu tiga jagoan, sahabat pendidik dan pengamat TKI, peserta kelas Quran Hadits di Ampang Putra-KL.

Jumat, 06 Juni 2014

Penyakit Menular Seksual Dalam Kesehatan Reproduksi



Oleh : Dr. Syamsudin Spog. M.Kes

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.
Secara umum alat reproduksi wanita dibagi atas dua bagian yaitu alat kelamin (genetalia) luar dan alat kelamin bagian dalam (Manuaba, 2007). Anatomi genetalia eksterna (alat kelamin bagian luar) dari wanita lebih sederhana dibandingkan laki-laki, hal itu karena sebagian besar alat reproduksi wanita berada di rongga panggul, sehingga genetalia interna (alat kelamin wanita bagian dalam) lebih kompleks. Karena itu, evaluasi terhadap fungsi alat reproduksi wanita lebih rumit dibandingkan dengan laki-laki. Genetalia eksterna wanita terdiri dari labium mayus, labium minus, clitoris dan liang vagina.
Sama seperti tubuh kita, organ reproduksi kita juga rentan terkena penyakit apabila kita kurang memperhatikan kebersihan dan kesehatannya. Pada wanita dapat timbul penyakit mulai dari keputihan hingga kanker pada leher rahim, rahim, indung telur, payudara, vagina atau pun saluran telur. Sebelum terlambat, alangkah baiknya apabila kita dapat mencegah penyakit-penyakit tersebut menyerang organ reproduksi kita, salah satunya dengan senantiasa merawat dan menjaga kebersihan organ reproduksi kita. Merawat kebersihan daerah pribadi (organ seksual), mungkin tidak kita lakukan sesering merawat kebersihan organ tubuh lainnya. Padahal kebersihan pada daerah tersebut, juga membutuhkan perhatian yang ekstra. Oleh karena pada daerah-daerah organ seksual tersebut keringat yang dihasilkan cukup berlebih. Sehingga daerah tersebut menjadi lebih lembab, yang dapat menimbulkan bakteri, penyakit dan bau tidak sedap berkembang-biak dengan baik
Kesehatan reproduksi di kalangan wanita harus memperoleh perhatian yang serius. Beberapa penyakit infeksi organ reproduksi wanita adalah trikomoniasis, vaginosis bakterial, kandidiasis vulvo vaginitis, gonore, klamidia,  sifilis. Salah satu gejala dan tanda-tanda penyakit infeksi organ reproduksi wanita adalah terjadinya keputihan. Keputihan merupakan salah satu masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita.
Vaginitis merupakan peradangan pada vagina yang terjadi karena perubahan keseimbangan normal bakteri yang hidup disana. Tanda atau gejala paling umum adalah munculnya cairan yang berwarna putih keruh keabuan dan berbusa serta menimbulkan bau kurang sedap. Vagina pada dasarnya memiliki organism alamiah untuk selalu membersihkan sendiri. Mekanisme ini berlangsung dalam jumlah kecil tiap hari. Proses pembersihan ini juga dibantu oleh bakteri-bakteri komersial yaitu bakteri yang memang hidup dalam vagina dan menjaga vagina dari infeksi kuman lain (Livoti & Topp, 2006).
Di Amerika Serikat terdapat sekitar 7.4 juta kasus baru vaginitis setiap tahun. Secara global  WHO memperkirakan terdapat sekitar 180 juta kasus baru tiap tahunnya di seluruh dunia. Sementara angka prevalensinya bervariasi. 5% pada klien KB dan 75% pada pekerja seks. Vaginitis memiliki angka infeksi gabungan yang cukup tinggi dengan penyakit menular lain. Seperti ; Gonore, yang diketahui berhubungan secara signifikan dengan infeksi trikomoniasis. Trikomoniasis penyebab vaginitis juga memfasilitasi penularan human immunodeficiency virus (HIV), terjadi diseluruh dunia, mengenai sekitar 180 juta/tahun, 15% pada wanita dan 10% pria dengan seksualitas aktif . Di USA, infeksi ini merupakan salah satu penyebab terbanyak PMS dengan insiden 2-3 juta/tahun.
Pada tahun 2005 di Jakarta prevalensi infeksi saluran reproduksi yang terjadi yaitu candidiasis 6,7%, tricomoniasis 5,4% dan bacterial vaginosis 5,1%. Menurut data tahun 2007 di Indonesia prevalensi infeksi saluran reproduksi sebagai berikut bacterial vaginosis 53% serta vaginal kandidiasis 3%. Tahun 2008 prevalensi infeksi saluran reproduksi pada remaja putrid dan wanita dewasa yang disebabkan oleh bacterial vaginosis sebesar 465, candidia albicans 29%, dan tricomoniasis 12% 
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian infeksi vaginitis diantaranya adalah tingkat pendidikan, pengetahuan tentang infeksi vagina atau vaginitis, perilaku penggunaan pembersih vagina, kebersihan alat kelamin, cakupan air bersih, berganti-ganti pasangan seksual dan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
Jamur dan bakteri banyak tumbuh dalam kondisi tidak bersih dan lembab. Organ reproduksi merupakan daerah tertutup dan berlipat, sehingga lebih mudah untuk berkeringat, lembab dan kotor. Perilaku buruk dalam menjaga kebersihan genitalia, seperti mencucinya dengan air kotor, memakai pembilas secara berlebihan, menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, tak sering mengganti pembalut dapat menjadi pencetus timbulnya infeksi yang menyebabkan keputihan tersebut. Jadi, pengetahuan dan perilaku dalam menjaga kebersihan genitalia eksterna merupakan faktor penting dalam pencegahan kejadian vaginitis Menurut Dharmawan (2007), angka skrining vaginitis di Indonesia berkisar antara 75-85%. Angka ini sangat tinggi, hal tersebut dapat terjadi karena tingkat pendidikan yang rendah sehingga masyarakat mengalami kurangnya pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian vaginitis.
Berdasarkan data di Poli Kandungan BLUD Rumah sakit Umum Provinsi Sultra bahwa pada tahun 2010 jumlah penderita vaginitis sebanyak 324 orang, pada tahun 2011 sebanyak 335 orang dan pada bulan Januari sampai Maret 2012 jumlah penderita vaginitis sebanyak 97 orang. Hasil wawancara calon peneliti dengan 5 orang ibu tersebut, 4 ibu mengatakan tidak mengetahui penyebab infeksi vagina secara pasti, ada ibu yang menggunakan pembersih alat kelamin biasanya mereka menggunakan sehabis menstruasi atau pada waktu mengalami keputihan saja.
Melihat fenomena di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian vaginitis di Poli Kandungan BLUD Rumah Sakit Umum Provinsi Sultra tahun 2012.